
Wamenkomdigi Perintahkan Industri Media Cari Model Baru untuk Bertahan di Era Digital
Jakarta, 2025 — Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi), dalam sebuah forum industri media nasional yang digelar baru-baru ini, menyampaikan pesan tegas kepada para pelaku media: saatnya bertransformasi atau tertinggal. Ia menekankan bahwa industri media di Indonesia harus segera mencari model bisnis baru agar dapat bertahan dan relevan di tengah arus perubahan teknologi yang sangat cepat.
📉 Krisis di Dunia Media Tradisional
Dalam sambutannya, Wamenkomdigi mengungkapkan keprihatinan terhadap tren penurunan pendapatan media konvensional, terutama cetak dan televisi, yang semakin tergerus oleh platform digital seperti media sosial dan agregator berita.
“Kita tidak bisa terus-menerus bergantung pada model iklan konvensional. Landscape-nya sudah berubah. Disrupsi digital sudah di depan mata, bahkan mungkin sudah kita lewati. Tapi pertanyaannya, apakah industri media kita sudah ikut berubah?” ujar Wamenkomdigi.
🧭 Arah Baru Media di Era Digital
Menurutnya, industri media perlu melakukan diversifikasi model bisnis, di antaranya:
-
Berlangganan dan Paywall
Media perlu mulai mendorong pembaca untuk membayar konten premium sebagai bentuk apresiasi atas jurnalisme berkualitas. -
Monetisasi Konten Digital
Platform seperti YouTube, podcast, hingga TikTok bisa dijadikan sumber pendapatan melalui konten visual dan audio. -
Kemitraan Teknologi
Kolaborasi dengan startup, platform digital, atau pengembang teknologi AI bisa membuka jalan baru dalam distribusi dan personalisasi konten. -
Data dan Analitik
Media yang bisa memanfaatkan data pembaca dengan baik akan mampu menargetkan iklan lebih efektif dan menyajikan konten yang lebih relevan.
🛑 Tantangan: Disinformasi dan Algoritma Platform
Wamenkomdigi juga menyoroti masalah serius lain yang menghambat transformasi media: disinformasi dan ketergantungan pada platform global. Banyak media lokal kini kehilangan kendali atas distribusi kontennya karena terlalu bergantung pada algoritma media sosial.
“Kita butuh media yang tidak hanya cepat, tapi juga kredibel. Bukan yang mengejar clickbait semata karena algoritma. Di sinilah pentingnya keberlanjutan model yang mendukung jurnalisme yang sehat.”
Ia menyebut bahwa pemerintah sedang mengkaji regulasi yang adil antara platform digital global dan media lokal, termasuk kemungkinan skema fair revenue sharing, agar media lokal tidak terus dirugikan secara ekonomi.
🤝 Pemerintah Siap Fasilitasi, Tapi Tidak Bisa Menopang Sepenuhnya
Pemerintah, menurut Wamenkomdigi, siap memfasilitasi pelatihan, akselerasi rajazeus link alternatif transformasi digital, dan kolaborasi lintas sektor. Namun, ia menekankan bahwa inisiatif utama tetap harus datang dari pelaku industri media itu sendiri.
“Pemerintah bukan investor, kami bukan pemilik media. Tapi kami mitra dalam membangun ekosistem informasi yang sehat dan berkelanjutan.”